LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle L.) Dan INFUSA DAUN JAMBU BIJI ( Pisidium guajava Linn )
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
INFUSA
DAUN SIRIH (Piper betle L.)
Dan
INFUSA
DAUN JAMBU BIJI ( Pisidium guajava Linn )
DISUSUN
OLEH:
Nama:
Putri Hanifah
NPM:
F0I019071
Kelompok
4
Dosen
Pengampuh : Apt. Suci Rahmawati, M.Farm
LABORATORIUM
MIKROBIOLOGI
PRODI
DIPLOMA 3 FARMASI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
BENGKULU
TAHUN
AKADEMIK 2020 / 2021
LAPORAN
PRAKTIKUM FITOKIMIA
INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle
L.)
A. TUJUAN
PRAKTIKUM
Dapat
mempelajari dan memahami pembuatan Infusa Daun Sirih (Piper betle L.)
B. LANDASAN
TEORI
Infusa adalah sediaan air yang dibuat
dengan mengekstraksi simplisianabati dengan air pada suhu 95-98 °C selama 15
menit, yang mana ekstraksinya dilakukan secara infundasi.
Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan- bahan nabati.
Penyarian adalah peristiwa pemindahan zat aktif yang semuladidalam
sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum
penyarian akan bertambah baik apabila permukaan simplisia semakin luas (
Ansel, 1998 ). Umumnya infus selalu dibuat dari simplisia
yang mempunyai jaringan lunak yang mengandung minyak atsiri dan zat-zat yang
tidak tahan pemanasan lama ( Depkes RI, 1979 ).
Ekstraksi menggunakan metode Infundasi Ekstraksi adalah penyarian zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi untuk
menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini
berdasarkan pada perpindahan masa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk ke
dalam pelarut. Adapun jenis- jenis ekstraksi yaitu ekstraksi secara dingin dan ekstraksi secara panas.
Ekstraksi secara dingin dibagi menjadi tiga metode yaitu maserasi
dan perkolasi. Sedangkan ekstraksi secara panas dilakukan dengan
metode refluks, destilasi uap dan infundasi.
Tanaman yang tumbuh memanjat dengan
tinggi 5-15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur atau bundar
lonjong, pada bagian pangkal berbentuk jantung
atau
agak bundar. Tulang daun bagian bawah gandul atau berambut pendek,
tebal, dan berwarna putih. Panjangnya berkisar 5-18 cm
dengan lebar 2,5-10,5 cm ( Depkes, 1979 ).
Daun sirih hijau secara empiris telah digunakan untuk
bau mulut, kepala pusing, demam nifas, obat batuk, asma sedangkan minyak atsiri
daun sirih hijau digunakan untuk radang tenggorokan (Sudarsono dkk., 1996 )
Piper
betle folia infusum ini dibuat dari ekstraksi
tanaman Piper betle bagian daunnya.
Tumbuhan ini memiliki berbagai macam khasiat dalam mengobati beberapa penyakit,
antara lain: anti sariawan, anti batuk, adstringensia, antiseptik.
Sifat kimia yang dimiliki oleh tumbuhan ini adalah memiliki rasa pedas.
Sedangkan kandungan kimia utamanya adalah hidroksi kavikol, kavibetol,estragol,
eugenol, metileugenol, karvakrol, terpinen, sesquiterpen, fenilpropen dantannin
( Anonim, Materia Medika Indonesia edisi IV hlm. 98 ).
Untuk Infusum Piper betle folia, dosis yang diambil berdasarkan pada sediaan jadi
“Enkasari” yang mengandung sari daun sirih setara dengan 450 mg daun sirih
segar dalam 45 ml sediaan dengan pemakaian 3-4 kali sehari ( ISO Indonesia
Vol.48 hal. 264 ).
Klasifikasi
Tanaman Daun Sirih
·
Kingdom
: Plantae
·
Superkingdom
: Trachebionta
·
Super
Divisi : Spermatophyta
·
Divisi
: Magnoliopsida
·
Kelas
: Magnoliopsida
·
Sub
kelas : Magnoliidae
·
Ordo
: Piperales
·
Famili
: Piperaceae
·
Genus
: Piper
·
Spesies
: Piper betle L.
Morfologi Dari Tanaman
Daun Sirih
1. Akar
Akar dari tanaman daun sirih merupakan sejenis dari akar
tunggang dengan bentuk yang bulat lonjong dan mempunyai warna coklat
kekuningan.
Akar dari tanaman ini terlihat tumbuh
merambat ataupun merayap dan mempunyai banyak sekali tunas baru yang akan
tumbuh di bagian akar.
2. Batang
Batang tanaman ini berbentuk bundar memanjang. Batangnya bisa
mencapai ketinggian sekitar 5-15 m. Tumbuh dengan sangat menyebar ke berbagai
tanaman lainnya yang ada di daerah tersebut.
Di batang tanaman ini terdapat ruas-ruas dan sulur dengan
jarak sekitat 5-10 cm. Sulur ini nantinya digunakan sebagai lokasi baru untuk
pertumbuhan berbagai kecambah baru. Warna dari batang ini kecoklatan sampai
warna kehijauan.
3. Daun
Daun
tanaman sirih ini berbentuk oval ataupun bulat telur dan mempunyai warna hijau
muda sampai hijau tua.
Daun
tanaman ini mempunyai lebar sekitar 2-10 cm dan panjang sekitar 5-15 cm. Pada
permukaan tanaman ini daun di bagian bawahnya berwarna putih.
Bentuk
daun tanaman ini pada umumnya bisa terlihat seperti halnya jantung yang mana
penguat daun akan disematkan.
4. Bunga
Bunga
dari tanaman daun sirih ini termasuk juga dalam jenis bunga majemuk. Berupa
biji-bijian yang mana biji-bijian tersebut berdiri sendiri dan diketahui berada
di ujung cabang dan menghadap ke daun tanaman.
Pada
bunga jantan tanaman ini biji-bijiannya mempunyai sifat dengan panjang gagang
yaitu sekitar 1,5-3 cm dan ukuran dari benang sari yang pendek.
Kepala
bunga betina mempunyai pegangan yang terlihat sedikit lebih panjang jika
dibandingkan dengan kepala bunga jantan. Panjangnya yaitu sekitar 2,5 – 6 cm
dan untuk panjang cap mempunyai ukuran sekitar 3-5 cm.
5. Buah
Buah daun tanaman ini sirih berbentuk seperti halnya bentuk
telur yang mempunyai ukuran kecil – kecil. Oada bagian ujungnya botak dan
terluhat berwarna abu-abu sampai hitam dan juga mempunyai warna berbulu.
Selain itu, pada bagian dalam dari buahnya berbentuk bulat,
pipih, dan biji dengan warna hitam. Terdapat sekitar 10 sampai 20 biji dalam 1
buah.
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
INFUSA DAUN JAMBU BIJI (Pisidium guajava Linn.)
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Dapat mempelajari dan memahami pembuatan Infusa Daun Jambu Biji (Pisidium guajava Linn.)
B. LANDASAN
TEORI
Jambu
biji (Psidium guajava) adalah salah
satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava.
Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian
ke negara Asia lainnya seperti Indonesia.Jambu biji sering disebut juga Jambu
Klutuk, Jambu Siki, atau Jambu Batu (Kuntarsih, 2006).
Di
Indonesia tanaman jambu biji dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun di
dataran tinggi. Pohon jambu biji banyak ditanam orang di halaman dan di
ladang-ladang. Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman ini sekitar 1200
meter dari permukaan laut. Pohon jambu biji merupakan tanaman perdu yang banyak
bercabang, tingginya mencapai 12 meter. Buahnya berisi banyak biji kecil-kecil
dan ada juga yang tidak mempunyai biji yang biasa di sebut dengan jambu sukun
(Wirakusumah, 2002).
Jambu
biji yang banyak di gemari oleh masyarakat adalah yang mempunyai sifat unggul
antara lain berdaging lunak dan tebal, rasanya manis, tidak mempunyai biji, dan
buahnya berukuran besar. Terdapat beberapa jenis jambu biji yang di unggulkan
yaitu Jambu Pasar Minggu, Jambu Bangkok, Jambu Palembang, Jambu Sukun, Jambu Apel,
Jambu Sari, Jambu Merah, dan Jambu Merah Getas (Wirakusumah, 2002).
Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada
umumnyatiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat
pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh
tumbuhan.Bagian batang tempat duduknya daun atau melekatnya daun dinamakan
buku- buku (nodus) batang dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara
batangdan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis, melebar, kaya
akansuatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil. oleh karena itu daun
biasanya berwarna hijau, dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang
ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula.
Bagian tumbuh-tumbuhan ini mempunyaiumur yang terbatas, akhirnya
akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Daun yang telah tua, kemudian
mati dan runtuh dari batang mempunyai warna yang berbeda dengan daun yang masih
segar. !erbedaan warna ini kita lihat pula bila kita membandingkan warna antara
daun yang masih muda dan daun yangsudah dewasa. Daun yang muda berwarna hijau
muda keputih-putihan, kadang-kadang juga ungu atau kemerah-merahan.
"sedangkan yang sudah dewasa biasanya berwarna hijau sungguh ( johnson,
2002 ).
Daun biasanya tersusun oleh berbagai macam jaringan pelindung
(epidermis atas,epidermis bawah dan derivatnya), jaringan dasar (mesofil),
jaringan pengangkut, jaringan penguat dan jaringan sekretoris (johnson, 2004).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat
kimia yangterlarut, misal: terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang
sesuai atau campuran pelarut yang saling bercampur (depkes RI, 1995).
Psidium guajava L atau yang lebih dikenal jambu biji telah lama digunakan sebagai tumbuhan, obat oleh masyarakat beberapa khsiat dari jambu biji ini antara lain sebagai antidiare antibakteri, anti oksidan, analgesik dan antiinflamasi bagian tanaman yang digunakan agar diperoleh masing-masing aktivitas biologi dan farmakologi tersebut tidak selalu sama misalnya agar diperoleh aktivitas sebagai alternatif pada terapi supportif demam berdarah dan antibakteri digunakan bagian daun, sedangkan jika diinginkan kandungan vitamin c digunakan buahnya (Yohanes, 2013).
Klasifikasi
Tanaman Daun Jambu biji
·
Kingdom
: Plantae
·
Divisi
: Spermatophyta
·
Subdivisi
: Angiospermae
·
Kelas
: Dicotyledoneae
·
Ordo
: Myrtales
·
Famili
: myrtaceae
·
Genus
: Psidium
·
Spesies
: Pisidium guajava Linn.
(Parimin, 2005)
Morfologi Dari Tanaman
Daun Jambu Biji
1. Akar
Akar dari
tanaman jambu biji tanaman ini bercabang dengan bentuk yang seperti meruncing
panjang dan akan bertumbuh lurus hingga kedalam tanah. Pada umumnya morfologi
akar dari tanaman jambu biji memiliki warna yang coklat mudah sampai tua.
2. Batang
Batang
dari jambu biji ini berbentuk keras dan memanjang serta memiliki permukaan yang
licin dan halus. Perbatangan tanaman jambu biji berbentuk bulat yang disertai
dengan diameter mencapai sekitar 10 hingga 20 cm atau lebih dari itu dan hanya
tergantung dari varietas dan jenisnya.
3. Daun
Bagian daun jambu biji
yang lebar terdapat pada tengah-tengah dan memiliki bentuk yang jorong. Daun
dari tanaman jambu biji ini memiliki tulang dengan daun yang penninervis atau
menyirip.
Dibagian ujung dari daun
jambu biji ini berbentuk tumpul, bahkan biasanya daun jambu biji dibagian atas
akan terlihat lebih hijau daripada sisi daun yang berada dibagian bawah. Dengan
tangkai yang berbentuk selindris serta tidak menebal di bagian tangkainya.
4. Bunga
Pada
umumnya bunga yang dimiliki jambu biji ini mempunyai warna yang putih,
kemerahan dan disertai dengan dua mahkota yang memiliki 4 sampai 5 kelopak
dalam satu mahkota yang tetap sama.
Perlu
diperhatikan kalau bunga dari jambu biji ini bisa berbunga hingga menjadi bakal
buah apabila proses penyerbukannya hewan ataupun serangga dan angin yang ada di
sekitarnya.
5. Buah
Buah
dari tanaman jambu biji ini memiliki bentuk yang bulat dengan ukuran yang
hampir sama persis dengan bola tenis. Bahkan ada juga jambu biji yang memiliki
buahnya seperti bulat telur dan berwarna hijau yang agak kekuningan. Buah jambu
biji ini cukup tebal apabila buah sudah matang dan buahnya tentu saja memiliki
warna yang merah jambu.
Sementara
itu biji dari jambu biji cukup banyak dan bertaburan di tengah buah jambu biji.
Biji-bijinya cukup keras dan berwarna kuning yang agak kecoklatan, tak hanya
buah dari jambu biji yang memiliki banyak manfaat, akan tetapi biji-biji dari
jambu biji banyak khasiatnya. Misalnya anti radang, peluruh haid, anti diare
dan homeostatis atau penghenti perdarahan
III.
ALAT DAN BAHAN DAUN SIRIH
3.1 ALAT
1. Timbangan
2. Beaker glass
3. Kertas Saring
4. Corong kaca
5. Hot plate
6. Botol
7. Termometer
8. Pisau
3.2.
BAHAN
1.
Daun sirih
2.
Aquasest
IV.
PROSEDUR KERJA DAUN SIRIH
1. Siapkan
daun sirih,
2. Sortasi
basah daun sirih ( pisahkan batang kecil daun sirih )
3. kemudian
cuci dengan air yang mengalir
4. Setelah
dicuci, rajang daun sirih ( agar mengoptimalkan penyaringan bahan aktif dari
daun sirih )
5. timbang
sebanyak 10 gram.
6. Siapkan alat seperti Beaker Glass
7. Masukkan aquadest 200 ml ke dalam
beaker glass
8. Masukkan daun sirih kedalam beaker
glass
9. Daun sirih dipanaskan di hot plate
mencapai suhu 95-98°C
10. Diinginkan daun sirih selama 15
menit disuhu ruangan
11. Kemudian saring daun sirih
menggunakan kertas saring
12. Lihat hasil akhir
12. Masukkan Infusa daun sirih kedalam
botol
13. Masukkan kedalam kulkas
III.
ALAT DAN BAHAN DAUN JAMBU BIJI
3.1 ALAT
1. Timbangan
2. Beaker glass
3. Kertas Saring
4. Corong kaca
5. Hot plate
6. Botol
7. Termometer
8. Gunting
3.2.
BAHAN
1.
Daun Jambu Biji
2.
Aquasest
IV.
PROSEDUR KERJA JAMBU BIJI
1. Siapkan
daun jambu biji
2. Sortasi
basah daun jambu biji ( pisahkan batang kecil daun jambu biji)
3. kemudian
cuci dengan air yang mengalir
4. Setelah
dicuci, rajang daun jambu biji ( agar mengoptimalkan penyaringan bahan aktif
dari daun jambu biji)
5. timbang
sebanyak 10 gram.
6. Siapkan alat seperti Beaker Glass
7. Masukkan aquadest 200 ml ke dalam
beaker glass
8. Masukkan daun jambu biji kedalam
beaker glass
9. Daun sirih dipanaskan di hot plate
mencapai suhu 95-98°C
10. Diinginkan daun jambu biji selama 15
menit disuhu ruangan
11. Kemudian saring daun jambu biji menggunakan
kertas saring
12. Lihat hasil akhir
12. Masukkan Infusa daun jambu biji
kedalam botol
13. Masukkan kedalam kulkas
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN DAUN SIRIH
5.1.
HASIL
Bobot
Volume
200 ml
=
75 %
5.2. PEMBAHASAN
Infusa
adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan pada suhu
90ºC selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak
stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang
diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Infusa dibuat
dengan membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahannya.
Penyaringannya dilakukan pada saat cairan masih panas dengan kain flanel,
kecuali bahan yang mudah menguap
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan
pembuatan Infusa Daun Sirih (Piper betle L.) yang bertujuan Dapat
mempelajari dan memahami pembuatan Infusa Daun Sirih (Piper betle L.)
Metode ekstraksi yang dilakukan dengan metode ekstraksi cara panas yaitu dengan
metode infundasi. Infundasi merupakan penyarian yang umum
dilakukan untuk menyari zat kandungan yang larut dalam air dari bahan-bahan
nabati. Umumnya infus selalu dibuat dengan simplisia yang mempunyai jaringan
lunak yang mengandung minyak atsiri dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan
lama.
Pada praktikum pembuatan infus digunakan sampel daun
sirih hijau piper betle L Penggunaan metode ini karena diharapkan mampu
mengekstraksi berbagai komponen polar yang terdapat didalam simplisia
segar daun sirih hijau. Pembuatan infus daun sirih hijau dilakukan dengan cara sampel
dibersihkan dan dipotong kecil-kecil lalu ditimbang sebanyak 10 gram. Sampel dipotong
kecil-kecil agar mempercepat zat aktif terlarut dalam pelarut.
Pelarut yang digunakan adalah air sebanyak 200 ml kemudian direbus dengan suhu 95-98°
C 15 menit. setelah itu disaring dengan kondisi
dingin. Digunakan suhu 95-98° karena pada suhu tersebut pelarut dapat
menarik zat aktif yang ada pada sampel ( bagi sampel yang tahan panas ) .
Air digunakan sebagai pelarut karena murah dan mudah diperoleh
stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah tetapi
meskipun air memiliki keunggulan sebagai penyari, air juga memiliki kelemahan
yaitu tidak selektif dan sari yang dihasilkan mudah tercampur jamur dan bakteri
sehingga tidak tahan lama. Infusa daun sirih hijau diserkahi setelah dingin
karena mengandung minyak atsiri sehingga minyak atsiri tidak menguap. Hal
tersebut dikarenakan sifat minyak atsiri yang mudah menguap. Untuk simplisia
yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Karena lendirmya akan membuat
keruh infusa, sedangkan persyaratan infusa haruslah bening atau jernih tanpa partikel-partikel yang
terdapat didalamnya.
Khasiat
Tanaman Daun sirih memiliki sifat styptic (menahan perdarahan), vulnerary
(menyembuhkan
luka kulit), stomach (obat saluran pencernaan), menguatkan gigi dan
membersihkan tenggorokan. Ada pula yang menyatakan daun sirih selain memiliki
kemampuan antiseptik, mempunyai kekuatan sebagai antioksidasi dan fungisida.
Minyak atsiri dan ekstraknya pun mampu melawan beberapa bakteri gram positif
dan gram negatif
Kandungan Kimia Daun sirih mengandung
minyak atsiri (42%), yang terdiri dari betlephenol, kavikol, seskuiterpen,
hidroksikavikol, cavibetol, estragol, dan karvakrol. Beberapa penelitian ilmiah
juga menyatakan bahwa daun sirih juga mengandung diastase 0,8% sampai 1,8%,
gula, dan tanin
Minyak atsiri atau minyak eteris adalah
istilah yang digunakan untuk minyak mudah menguap. Umumnya tidak berwarna akan
tetapi bila dibiarkan lebih lama warnanya berubah menjadi kecoklatan karena
terjadi oksidasi. Untuk mencegahnya disimpan di tempat yang sejuk dan kering di
dalam wadah tertutup rapat dan berwarna gelap. Umumnya larut dalam pelarut
organik dan tidak larut dalam air. Sebagian besar minyak atsiri terdiri dari
persenyawaan hidrokarbon asiklik dan hidrokarbon isosiklik serta hidrokarbon
yang telah mengikat oksigen seperti alkohol, fenol dan eter.
Menurut Guenther (1987), komponen minyak
atsiri dapat digolongkan menjadi empat kelompok besar, yaitu:
a.
Terpen, yang ada hubungannya dengan isopren.
b.
Persenyawaan berantai lurus tidak mengandung rantai cabang.
c.
Turunan benzena.
d.
Bermacam-macam persenyawaan lain, misalnya turunan alkohol, aldehid,
keton.
Contohnya:
1)
Alkohol: linolol, borneol, sineol, eugenol fenil, etil alkohol.
2)
Aldehid: benzaldehid, anisaldehid, serinamaldehid, sitral.
3)
Keton: kamfor, methon, asetoferon, piperiton.
3.
Minyak Atsiri Daun Sirih
Pemakaian daun sirih untuk obat
disebabkan adanya minyak atsiri yang dikandungnya. Dalam hal ini, Prof. J. F.
Eykman, seorang ahli kimia pada masa penjajahan Belanda melakukan upaya
pemisahan minyak atsiri dari daun sirih. Usaha tersebut dilakukan di Kebun Raya
Bogor pada tahun 1885. Setelah dipisahkan, ternyata sepertiga dari minyak
atsiri tersebut terdiri dari phenol dan sebagian besar adalah kavikol. Kavikol
inilah yang memberikan bau khas daun sirih dan memiliki daya pembunuh kuman
atau bakteri lima kali lipat dari phenol biasa.
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN DAUN JAMBU BIJI
5.1.
HASIL DAUN JAMBU BIJI
Bobot
Volume
250 ml
=
46,8 %
5.3.PEMBAHASAN
Infusa
adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia dengan pada suhu
95-98 ºC selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak
stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang
diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Infusa dibuat
dengan membasahi bahan bakunya, biasanya dengan air dua kali bobot bahannya.
Penyaringannya dilakukan pada saat cairan masih panas dengan kain flanel,
kecuali bahan yang mudah menguap .
Pada praktikum kali ini dilakukan
percobaan pembuatan Infusa Daun Jambu Biji (Pisidium
guajava Linn.) yang bertujuan Dapat mempelajari dan memahami pembuatan
Infusa Daun Jambu Biji (Pisidium guajava
Linn.). Metode ekstraksi yang
dilakukan dengan metode ekstraksi cara panas yaitu dengan metode infundasi.
Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan
yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Umumnya infus selalu dibuat
dengan simplisia yang mempunyai jaringan lunak yang mengandung minyak atsiri
dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama.
Pada
praktikum pembuatan infus digunakan sampel Daun Jambu Biji (Pisidium guajava Linn.) Penggunaan metode ini karena diharapkan
mampu mengekstraksi berbagai komponen polar yang terdapat didalam simplisia
segar daun jambu biji. Pembuatan infus daun jambu biji dilakukan dengan cara
sampel dibersihkan dan dipotong kecil-kecil lalu ditimbang sebanyak 10 gram.
Sampel dipotong kecil-kecil agar mempercepat zat aktif terlarut dalam pelarut.
Pelarut yang digunakan adalah aquadest sebanyak 250 ml kemudian direbus dengan
suhu 95-98° C 15 menit. setelah itu
disaring dengan kondisi dingin. Digunakan suhu 95-98° karena pada suhu
tersebut pelarut dapat menarik zat aktif yang ada pada sampel ( bagi sampel
yang tahan panas ) .
Air
digunakan sebagai pelarut karena murah dan mudah diperoleh stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah
tetapi meskipun air memiliki keunggulan sebagai penyari, air juga memiliki
kelemahan yaitu tidak selektif dan sari yang dihasilkan mudah tercampur jamur
dan bakteri sehingga tidak tahan lama.
Manfaat
jambu biji:
-
Mengobati sembelit, sebab kandungan serat yang tinggi pada jambu biji membantu
proses pencernaan. Kandungan mineral dan serat pada jambu biji juga melindungi
selaput membran mukosa usus.
-
Serat, mineral dan vitamin dalam buah jambi biji mampu menjaga kekebalan tubuh.
Hal ini sangat dibutuhkan bagi yang terkena virus nyamuk demam berdarah dan
penyakit lainnya.
-Penguat
Jantung serta Menyehatkan Saluran Pencernaan dan Obat Pencegah Penyakit Kanker
-
Manfaat buah jambu biji untuk kesehatan lainnya adalah untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi makanan. Kandungan vitamin B3 dan B6 sangat baik untuk perkembangan
rangsang otak dan menambah nafsu makan.
Selain itu, jambu biji juga sangat baik untuk menjaga kesehatan kulit. Bagi wanita yang ingin mempunyai kulit halus alami, kandungan vitamin C sangat baik untuk menjaga kondisi kulit tetap sehat. Cara mengkonsumsi buah jambu biji bisa dengan dimakan segar atau diolah menjadi jus. Sebaiknya ketika mengkonsumsi jambu biji tidak dengan bijinya. Cukup daging buahnya saja, sebab biji dari jambu akan sulit dicerna oleh sistem pencernaan.
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
KESIMPULAN
Metode ekstraksi yang dilakukan untuk meninjau membuat sediaan infusa daun sirih adalah dengan Metode infusa, Yaitu menggunakan pelarut berupa udara kemudian dipanaskan pada Suhu 95-98 ºC selama 15 menit.
Sediaan infusa daun sirih yang mengandung fenol ini biasa digunakan sebagai antiseptik.
6.2. SARAN
Pemotongan
daun sirih sebaiknya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil untuk review
zat kandungan-kandungan sesuai dengan yang diharapkan.
Lebih berhati-hati
dalam melakukan percobaan karena berhubungan dengan pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi
keempat. Diterjemahkan oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press; 1998 hal.
105, 401.
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 2-3, Jakarta,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan
RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, 378,
535, 612. Jakarta.
Departemen
Kesehatan RI, 1995, Farmakope Indonesia
Edisi IV, 551, 713.
Jakarta.
Dion,
Yohanes & Yasinta Betan. (2013). Asuhan
Keperawatan Keluarga, Konsep dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika.
Guenther, E. (1987).Minyak Atsiri jilid I (Terjemahan).
Jakarta : UI Press. Hal. 44-484.
Johnson
E.B. 2002. Contextual Teaching & Learning,
What it is and why it’s here to stay. California: Corwin Press, Inc.
Swadaya.
Kuntarsih.
2006. Jambu Biji (Psidium guajava).
Surabaya: Trubus Agrisarana.
Moeljanto, R.D., Mulyono.
2003. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih,
Obat Mujarab
dari
Masa ke masa. Agromedia Pustaka; 7-11, Yogyakarta
Sudarsono, Agus P,
Didik G, dkk. 1996. Tumbuhan Obat.
Yogyakarta : UGM.
Wirakusumah,
Ema, S. 2002. Buah dan Sayur untuk
Terapi. Jakarta : Penebar
Swadaya.
Komentar
Posting Komentar